Murianews, Kudus – Pemprov Jateng melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan berencana mengembalikan kebijakan waktu sekolah menjadi enam hari. Kebijakan ini sendiri masih dalam tahap kajian.
Meski begitu, gelombang penolakan kebijakan sekolah enam hari sudah ramai. Bahkan, masyarakat menyuarakan penolakan itu dengan membanjiri kolom komentar Instagram Gubernur Jateng hingga Dinas Pendidikan Kebudayaan Jateng.
Menanggapi itu, Ketua PGRI Jateng Dr Muhdi buka suara. Ia berharap, tak ada perubahan pada hari sekolah yang diterapkan di Jateng.
”Kami berharap tidak ada perubahan. Karena, plus minusnya lebih banyak lima hari,” katanya, saat dihubungi Murianews.com, Jumat (21/11/2025).
Ia mengungkapkan, dulu saat awal penerapan sekolah lima hari juga banyak pro dan kontra, hingga kini sudah berjalan dengan baik.
Setelah berjalan sejak ditetapkan pada tahun ajaran 2017/2018 lalu, manfaat sekolah lima hari pun banyak dirasakan baik siswa, guru, maupun orang tua.
Pertama, dengan libur dua hari, pada Sabtu-Minggu, siswa dan guru memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan diri maupun berkumpul dengan keluarga.
Ini juga dapat meningkatkan hubungan yang baik antara orang tua dengan anaknya, di sisi guru maupun siswa.
”Kalau alasannya terkait pengawasan, menurut saya itu tidak rasional. Realitanya justru ribut-ribut yang dilakukan anak terjadi saat jam sekolah, bukan saat libur,” ujarnya.
Pengembangan Diri...
Dengan sekolah lima hari, guru bisa memanfaatkan dua hari liburnya untuk menyiapkan bahan pembelajarannya.
Guru juga bisa meningkatkan kualifikasinya di hari Sabtu atau Minggu dengan mengikuti pertemuan pengembangan diri.
”Perlu diperhatikan juga guru-guru yang jarak sekolah dengan rumahnya jauh, mungkin ada yang terpaksa kos. Ini kalau diterapkan enam hari, waktu mereka untuk berkumpul dengan keluarga pastinya akan berkurang,” ujarnya.
Pada sisi lain, siswa juga bisa memanfaatkannya untuk pengembangan diri dan meningkatkan softskill dengan mengikuti kegiatan di luar sekolah. Ini juga sebagai adaptasi para siswa sebelum memasuki dunia kerja maupun saat kuliah.
Manfaat lainnya, sekolah lima hari juga tidak membebani perekonomian masyarakat maupun negara. Ketika hari sekolah ditambah menjadi enam hari, tentu membutuhkan biaya tambahan lagi, terutama bagi guru dan siswa yang jarak tempat tinggalnya jauh dengan sekolah.
”Untuk negara saja ada pengaruhnya, biaya listrik yang dibebankan sekolah akan bertambah ketika enam hari dijalankan,” tambahnya.
Ia pun kembali menyoroti model pembelajaran yang sudah dilakukan di negara maju. Muhdi mencontohkan para negara-negara di Kawasan Skandinavia mapun Amerika Serikat.
”Di negara-negara Skandinavia, tidak ada yang enam hari. Bahkan di Amerika hanya empat hari. Janganlah memperbanyak anak dengan beban di sekolah,” urainya.
Mestinya...
Mestinya, lanjut Muhdi, evaluasi yang dilakukan pemerintah bukan pada hari sekolah.
”Kalau mau dievaluasi, pastinya bukan pada fokus lima atau enam hari,” tambahnya.
Senator dari Jawa Tengah ini juga menyoroti kritik sekolah lima hari yang disebut tidak pro pada pendidikan agama. Menurutnya, saat ini, sekolah negeri juga sudah menambah pembelajaran agama.
”Jangan kemudian ditabrak-tabrakan dengan itu,” tegasnya.



