Ia mengatakan, warga setempat menggantungkan perekonomian pada hasil hutan. Dengan adanya pembangunan Bendungan Jragung, sebanyak 180 kepala keluarga (kk) akan dipindahkan ke sebuah desa yang letaknya sekitar 3 km dari tempat mereka sekarang.
Namun sebelum mereka dipindahkan, rencananya masjid dan makam di desa tersebut akan dipindahkan terlebih dahulu.
Penyerahan uang ganti rugi secara simbolis dilakukan Pelaksana harian (Plh) Bupati Semarang Basari, di Halaman Balai Desa, Candirejo, Jumat (12/7/2024) siang.
Hal itu disebabkan untuk menjaga tertib administrasi, agar tidak timbul masalah di kemudian hari.
”Kami sangat menghargai partisipasi dan kerja sama warga, yang telah mendukung kelancaran proses pelepasan hak atas tanah mereka. Sehingga, pembangunan bendungan akan berjalan lancar,” ungkapnya.
Disampaikan, pembayaran 41 bidang tanah milik warga Dusun Kedungglatik itu mencapai total Rp 26.174.093.313. Seluruh wilayah Dusun Kedungglatik akan ditenggelamkan dan termasuk wilayah genangan waduk.
Murianews, Semarang – Dusun Kedungglatik, Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah ternyata menyimpan sejarah mendalam.
Utamanya dalam hal penyematan nama Kedungglatik yang diberikan oleh cikal bakal dusun setempat. Usut punya usut, sejarah nama Kedungglatik ini tak langsung ada. Melainkan melalui proses yang dilakukan Mbah Wongso.
Melansir dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe, salah seorang warga Dusun Kedungglatik, Pak Anwar bercerita dulunya ada perantau bernama Mbah Wongso yang tinggal di dusun tersebut.
Sebelum menjadi dusun atau perkampungan, Dusun Kedungglatik adalah hutan belantara. Di dalam hutan tersebut bahkan masih banyak harimau dan babi hutan.
Sosok Mbah Wongso sendiri ini dikenal sebagai seorang yang pemberani. Berdasarkan ceritanya, suatu ketika ayam peliharaan Mbah Wongso diterkam oleh harimau.
Karena tak terima, Mbah Wingso pun berkelahi dengan harimau tersebut. Dalam pertikaiannya itu, Mbah Wongso berhasil menang.
Sementara penamaan Kedungglatik sendiri berawal saat Mbah Wongso melihat ada sebuah pohon jati yang roboh dan jatuh di atas sungai atau kedung. Pohon jati yang roboh itu kemudian menjadi tempat bertengger burung gelatik.
Dari situ, diyakini nama Kedungglatik mulai disematkan dan dikenal hingga sekarang.
Ekonomi masyarakat...
Ia mengatakan, warga setempat menggantungkan perekonomian pada hasil hutan. Dengan adanya pembangunan Bendungan Jragung, sebanyak 180 kepala keluarga (kk) akan dipindahkan ke sebuah desa yang letaknya sekitar 3 km dari tempat mereka sekarang.
Namun sebelum mereka dipindahkan, rencananya masjid dan makam di desa tersebut akan dipindahkan terlebih dahulu.
Di sisi lain, melansir dari laman Pemprov Jateng, tim pengadaan tanah pembangunan Bendungan Jragung di Desa Candirejo membayarkan uang ganti rugi pelepasan hak 41 bidang tanah milik warga Dusun Kedungglatik yang terkena pembangunan proyek strategis nasional itu.
Penyerahan uang ganti rugi secara simbolis dilakukan Pelaksana harian (Plh) Bupati Semarang Basari, di Halaman Balai Desa, Candirejo, Jumat (12/7/2024) siang.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana sebagai pemegang kewenangan pembangunan Bendungan Jragung Harya Muldianto mengakui, proses pembebasan lahan memakan waktu cukup lama.
Hal itu disebabkan untuk menjaga tertib administrasi, agar tidak timbul masalah di kemudian hari.
”Kami sangat menghargai partisipasi dan kerja sama warga, yang telah mendukung kelancaran proses pelepasan hak atas tanah mereka. Sehingga, pembangunan bendungan akan berjalan lancar,” ungkapnya.
Disampaikan, pembayaran 41 bidang tanah milik warga Dusun Kedungglatik itu mencapai total Rp 26.174.093.313. Seluruh wilayah Dusun Kedungglatik akan ditenggelamkan dan termasuk wilayah genangan waduk.