Konon, perkampungan di dusun tersebut sudah berusia ratusan tahun. Bahkan diyakini sudah berdiri sejak abad ke-15 lalu.
Warga di kampung tersebut juga sangat menjunjung tinggi keanekaragaman dan budaya turun temurun. Hal ini dibuktikan dengan rumah-rumah yang masih bergaya tradisional.
Bahannya, juga didominasi dengan bahan kayu jati. Bahkan tak ada campuran kayu lain untuk pembuatan rumah. Mulai dari dinding, pintu, hingga ram dan reng untuk penompang genting.
Salah satu keunikan bentuk rumah itu adalah model panggung di mana lantainya yang terbuat dari kayu dibuat tidak menyentuh tanah.
Apiknya, gaya arsitektur rumah tersebut masih dipertahankan dari dulu sampai sekarang.
Murianews, Semarang – Dusun Kedungglatik saat ini menjadi perbincangan hangat oleh warganet. Hal ini tak lepas dari keberadaan Dusun Kedungglatik yang digusur atau ”ditenggelamkan” untuk bendungan Jragung.
Berdasarkan letak geografisnya, Dusun Kedungglatik yang berada di Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Konon, perkampungan di dusun tersebut sudah berusia ratusan tahun. Bahkan diyakini sudah berdiri sejak abad ke-15 lalu.
Warga di kampung tersebut juga sangat menjunjung tinggi keanekaragaman dan budaya turun temurun. Hal ini dibuktikan dengan rumah-rumah yang masih bergaya tradisional.
Bahannya, juga didominasi dengan bahan kayu jati. Bahkan tak ada campuran kayu lain untuk pembuatan rumah. Mulai dari dinding, pintu, hingga ram dan reng untuk penompang genting.
Salah satu keunikan bentuk rumah itu adalah model panggung di mana lantainya yang terbuat dari kayu dibuat tidak menyentuh tanah.
Apiknya, gaya arsitektur rumah tersebut masih dipertahankan dari dulu sampai sekarang.
Melansir dari Merdeka.com, salah seorang warga Dusun Kedungglatik, Pak Anwar mengatakan, rumah tradisonal tersebut memang warisan turun temurun. Ia pun meyakini, rumah itu masih menjadi tolok ukur warga di Kedungglatik.
Ekonomi Masyarakat...
Sementara, lanjutnya, warga di dusun tempatnya tinggal memang menggantungkan perekonomian pada hasil hutan.
Dengan adanya pembangunan waduk Jragung, nantinya sebanyak 180 kepala keluarga (kk) akan dipindahkan ke sebuah desa yang letaknya sekitar 3 km dari tempat mereka sekarang.
Sebelum mereka dipindahkan, rencananya masjid dan makam di desa tersebut akan dipindahkan terlebih dahulu.
Di sisi lain, melansir dari laman Pemprov Jateng, tim pengadaan tanah pembangunan Bendungan Jragung di Desa Candirejo membayarkan uang ganti rugi pelepasan hak 41 bidang tanah milik warga Dusun Kedungglatik yang terkena pembangunan proyek strategis nasional itu.
Penyerahan uang ganti rugi secara simbolis dilakukan Pelaksana harian (Plh) Bupati Semarang Basari, di Halaman Balai Desa, Candirejo, Jumat (12/7/2024) siang.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana sebagai pemegang kewenangan pembangunan Bendungan Jragung Harya Muldianto mengakui, proses pembebasan lahan memakan waktu cukup lama.
Ganti Rugi...
Hal itu disebabkan untuk menjaga tertib administrasi, agar tidak timbul masalah di kemudian hari.
”Kami sangat menghargai partisipasi dan kerja sama warga, yang telah mendukung kelancaran proses pelepasan hak atas tanah mereka. Sehingga, pembangunan bendungan akan berjalan lancar,” ungkapnya.
Disampaikan, pembayaran 41 bidang tanah milik warga Dusun Kedungglatik itu mencapai total Rp 26.174.093.313. Seluruh wilayah Dusun Kedungglatik akan ditenggelamkan dan termasuk wilayah genangan waduk.