Sabtu, 19 Juli 2025

Murianews, KudusHujan dengan intensitas tinggi mengguyur sebagian wilayah Jawa Tengah. Terutama di wilayah Pantai Utara atau Pantura. Bahkan, hujan cenderung awet tak seperti biasanya.

Periset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengatakan, sejak 11 Maret 2024, diketahui vortex atau pusaran (091S) yang berubah jadi bibik Siklon 18S cenderung bergerak lambat.

Gerakan lambat dari barat ke timur itu terjadi karenan tekanan rendah di timur, dan kini telah menjadi dua vorteks. Karena bergerak lambat, pusaran ini tak segera menjauh menuju Australia.

Inilah yg telah memicu propagasi hujan yg kuat dan maraknya pembentukan badai squall line pemicu hujan persisten berhari-hari bahkan intensitas hujan pun bisa ekstrem, yg disertai angin kencang,” jelas Erma seperti dikutip di akun X miliknya, Kamis (14/3/2024).

Ia menjelaskan, efek dari pergerakan bibit Siklon 18S dari barat ke timur di selatan Jawa Timur ini menyebabkan hujan deras di Jawa. Terutama di wilayah Pantura, Demak, Kudus, Pati, dan Semarang.

Tak hanya di Jawa, pergerakan ini juga memicu hujan deras di Madura (Jawa Timur) dan Kupang (NTT). Hujan yang persisten atau awet ini dipicu squall line efek dari vorteks.

Ya, awet itu artinya persisten. Kenapa persisten karena ada faktor yg memodulasi. Modulasi adalah proses menuju puncak/ekstrem dari hari ke hari. Ekstrem itu yg harus diwaspadai,” katanya menjelaskan.

Dia mengingatkan agar wilayah Semarang dan Kupang waspada mengantisipasi dampak fenomena tersebut. Ia juga mengingatkan warga di daerah aliran sungai untuk mewaspadai terjadinya banjir bandang. Terutama di Kota Semarang.

Terpantau squall line di Semarang yg semakin memanjang. Waspada banjir bandang, ya. Yang di sekitar DAS agar siaga evakuasi mandiri,” katanya.

Sementara, hujan di Banten dan wilayah Jabodetabek disebabkan kemunculan Siklon 91S di Samudra Hindia bagian tenggara, atau di sebelah barat daya Banten.

Menrutnya, bibit Siklon ini telah mendekat ke Jabodetabek. Situasi ini merupakan momen langka.

Ia menyebut, kondisi itu bisa mengulang banjir besar Jakarta pada 2002 lalu. Sebab, pusarannya telah menyebabkan hujan dini hari yang persisten selama berhari-hari di Jakarta.

Menurut laporan BMKG, terdapat tiga bibit Siklon Tropis di wilayah Indonesia. Yakni, 91S, 94S, dan 93P. Kemuncurlan tiga bibit Siklon Tropis sekaligus itulah yang menyebabkan cuaca basah masih menyelimuti Indonesia.

Bibit Siklon Tropis 91S terantau di Samudera Hindia bagian tenggara. Siklon ini bergerak ke tenggara menjauhi wilayah Indonesia dengan kecepatan maksimum 25-35 knots dan tekanan udara minimum 997 hPa.

Selanjutnya, bibit Siklon Tropis 94S terpantau di Laut Timor bagian selatan. Siklon ini bergerak ke timur dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1000 hPa.

Terakhir, bibit Siklon Tropis 93P terpantau di Teluk Carpentaria, bagian timur laut Australia, Tenggara Papua. Siklon ini bergerak ke timur dan tenggara dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1004 hPa.

Komentar

Terpopuler