Kabar itu, dibenarkan kepala sekolah yang menjadi tempat kejadian dugaan pelecehan tersebut.
Ia mengatakan, pelaku dimutasi sampai menunggu keputusan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
’’Dimutasi sampai menunggu keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, ya per hari ini (3/10/2024),’’ katanya seperti dikutip dari Detik.com, Jumat (4/10/2024).
Saat ini, pihaknya masih menunggu keputusan dari Disdik Jateng terkait persoalan itu. Sementara, saat ini suasana sekolah sudah kembali lancar.
’’Alhamdulillah kondusif, sudah normal. KBM (kegiatan belajar mengajar) berjalan baik dan lancar,’’ ucapnya.
Murianews, Kota Pekalongan – Guru BK terduga pelaku pelecehan di salah satu SMA Kota Pekalongan akhirnya dimutasi. Ia ditarik ke Kantor Cabang Dinas Pendidikan mulai Kamis (3/10/2024).
Kabar itu, dibenarkan kepala sekolah yang menjadi tempat kejadian dugaan pelecehan tersebut.
Ia mengatakan, pelaku dimutasi sampai menunggu keputusan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
’’Dimutasi sampai menunggu keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, ya per hari ini (3/10/2024),’’ katanya seperti dikutip dari Detik.com, Jumat (4/10/2024).
Saat ini, pihaknya masih menunggu keputusan dari Disdik Jateng terkait persoalan itu. Sementara, saat ini suasana sekolah sudah kembali lancar.
’’Alhamdulillah kondusif, sudah normal. KBM (kegiatan belajar mengajar) berjalan baik dan lancar,’’ ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang korban mengungkapkan telah menjadi korban pelecehan salah satu guru BKnya. Ia mengatakan, korban dipanggil ke ruangan pelaku untuk diwawancarai.
Namun, pertanyaan dalam wawancara itu justru menjurus ke hal-hal pribadi. Bahkan, pelaku menanyakan sampai ke hal-hal sensitif lainnya.
’’Saya sudah beberapa kali dipanggil. Tapi, dipanggil terakhir kali saya nggak mau. Ya awal-awalnya biasa, terus kok menjurus ke arah yang bagi kami tabu,’’ kata salah satu korban, Rabu (2/10/2024).
Bahkan, salah satu korban sempat diminta membuka bajunya oleh pelaku. Saat itu pelaku beralasan ingin memastikan ada bekas ciuman atau tidak.
Bila keinginannya tak dituruti, pelaku mengancam akan menyebarkan informasi pribadi itu. Ia menyebutkan ada sekitar 30 sampai 40 siswi yang diduga menjadi korban.
Dari jumlah itu, 20 di antaranya telah mengadu ke orang tuannya dan berlanjut ke lembaga bantuan hukum.
Sementara itu, tim bantuan hukum dari LBH Adiyaksa, Imammul Abror menjelaskan dari puluhan siswa yang menjadi pelecehan seksual verbal, baru 20 siswi yang mengadukan ke pihaknya.
’’Dari data yang kami dapatkan, korban dipilih secara acak,’’ katanya.
Ia memperkirakan, pelaku melakukan untuk menyesuaikan selera atau kelas tertentu. Mereka dibawa ke ruangan untuk diinverview tapi pertanyaannya mengarah ke hal seksualitas.
Menurut Imam, interview pada para siswi yang dipilih oknum guru BK ini hanya sebagai modus.
’’Sebenarnya bukan mencari keterangan, jadi banyak yang dari korban ini merasa ini bukan interview (yang wajar), ini kok seakan aku dihakimi, aku dilecehkan,’’ ungkapnya.
Sementara itu, Kapolres Pekalongan Kota, AKBP Prayudha Widiatmoko, menyatakan pihaknya siap menerima aduan, sebab peristiwa itu sudah mengarah ke jalur hukum.