Kamis, 20 November 2025

Murianews, Banyumas BPBD Banyumas (Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kabupaten Banyumas), Jawa Tengah meminta warga tetap tenang terkait kondisi Gunung Slamet. Gunung tertinggi di Jawa Tengah ini tengah mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.

Sampai saat ini, Gunung Slamet masih dinyatakan berstatus waspada level II. Status ini merekomendasikan agar masyarakat menghindari aktifitas di radius 3 km dari puncak gunung.

"Berdasarkan informasi yang kami terima dari PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), Gunung Slamet dalam beberapa hari terakhir mengalami peningkatan aktivitas vulkanik, namun statusnya masih Waspada," kata Kepala Pelaksana BPBD Banyumas, Budi Nugroho Jumat (17/5/2024) dilansir Antara.

Dikatakan oleh Budi Nugroho, di Kabupaten Banyumas terdapat beberapa desa yang berjarak cukup dekat dengan puncak Gunung Slamet. Diantaranya adalah Dusun Kalipagu di Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, dan Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang.

Berdasarkan rekomendasi, lokasi desa-desa tersebut masih berada jauh di luar radius bahaya Gunung Slamet. Karena itu, pihaknya berharap masyarakat untuk tetap tenang, namun tetap waspada.

Mereka diminta tidak mudah terpancing dengan informasi-informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam hal ini warga diharapkan bisa selektif pada informasi-informasi yang berkaitan dengan aktivitas Gunung Slamet.

"Masyarakat dapat mengakses kanal-kanal media sosial resmi BPBD Kabupaten Banyumas maupun PVMBG jika membutuhkan informasi mengenai perkembangan aktivitas Gunung Slamet," kata Budi Nugroho.

Sementara itu, Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid AN mengatakan, berdasarkan hasil pengamatan data-data pemantauan menunjukkan adanya peningkatan tekanan di bawah tubuh Gunung Slamet. Ini dapat memicu munculnya gempa-gempa dangkal maupun terjadinya erupsi.

"Berdasarkan data pemantauan instrumental Gunung Slamet terkini, aktivitas vulkanik Gunung Slamet masih tinggi, sehingga direkomendasikan untuk dilakukan perubahan atau perluasan jarak rekomendasi," katanya.

Ia mengatakan potensi ancaman bahaya Gunung Slamet saat ini adalah erupsi freatik maupun magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar. Jarak lontarannya diperkirakan bisa mencapai radius 3 kmi dari puncak.

Selain itu, hujan abu dapat berpotesi terjadi di sekitar kawah. Selain itu juga bisa terjadi di daerah yang dilewati oleh arah dan kecepatan angin.

"Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental hingga 16 Mei 2024, serta potensi ancaman bahayanya, aktivitas vulkanik Gunung Slamet masih berada pada Level II atau Waspada, sehingga masyarakat dan pengunjung atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet," kata Muhammad Wafid.

Dalam 20 tahun terakhir, Gunung Slamet yang berada di wilayah Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, serta Brebes itu pernah mengalami peningkatan aktivitas. Masing-masing pada tahun 2004-2005, 2008-2009, 2014, 2018-2019, dan terakhir sejak 19 Oktober 2023 hingga sekarang.

Pada peningkatan aktivitas tahun 2014, status Gunung Slamet sempat ditingkatkan menjadi Level III atau Siaga. Bahkan, pada bulan Maret-Agustus 2014, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet diikuti erupsi yang menghasilkan material abu dan lontaran material pijar di sekitar kawah dengan tipe letusan strombolian.

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler