Pada hari ketujuh Mei itu, Mindarni bukan satu-satunya orang yang terjerembab dalam duka. Orang tua dari sembilan rekan Siti juga merasakan kepedihan yang sama.
Siti dan sembilan rekannya adalah guru di SD Islam Tahfidz Qur’an As Syafi’iyah Mendut, Mungkid, Kabupaten Magelang yang saat itu menumpangi mobil operasional sekolah untuk takziyah.
Di tengah perjalanan, mobil yang mereka tumpangi tergencet dump truck bermuatan pasir yang melaju tak terkendali.
Sopir kendaraan yang ditumpangi para guru dan sopir dump truck juga meninggal dunia. Hanya tiga rekan Siti yang selamat dari petaka pukul 11.00 WIB itu.
“Sampai sekarang saya belum ke kuburan anak saya. Dulu saya tidak ikut mengantarkan jenazah Siti ke kuburan. Saya tak kuasa,” ulas Mindarni lirih berusaha tegar agar air matanya tak meleleh.
Baginya, tidak ada yang bisa menggantikan Siti dalam hidupnya.
”Kalau sudah begini, mau bagaimana? Tidak ada yang bisa menggantikannya. Kalau saya ditawari Candi Borobudur, saya pilih anak saya kembali,” ucapnya.
Murianews, Magelang – Kecelakaan lalu lintas tragis yang melibatkan kendaraan kelebihan dimensi dan muatan atau over dimension and over load (ODOL) telah membawa Mindarni pada kedukaan begitu dalam.
Anak pertama yang menjadi sandaran hidup, Siti Khur Fathonah, meninggal dunia dalam peristiwa di Kabupaten Purworejo, 7 Mei 2025 lalu itu.
Siti meninggal ketika Mindarni belum sepenuhnya terlepas dari duka setelah kehilangan suaminya secara tiba-tiba, tiga tahun lalu.
Mindarni membagi kisah pilunya dengan harapan kecelakaan maut seperti yang menimpa putrinya itu tak kembali terjadi.
Mindarni, perempuan paruh baya itu ditemani kerabatnya terlihat tersenyum ketika menyajikan hasil masakannya sendiri, sayur berkuah santan, Selasa (2/9/2025) pagi.
Namun senyumnya menyimpan duka. Terang saja, kepedihan masih dirasakan Mindarni. Putri pertamanya, Siti Khur Fathonah, 27, meninggalkan dia untuk selaman-lamanya.
Semasa hidupnya, putrinya tersebut menjadi tumpuan keluarga di tengah keterbatasan ekonomi. Bahkan, putri kesayangannya itu menjadi harapan untuk adiknya, Ilyas Sebastian, yang masih menempuh pendidikan perguruan tinggi di Yogyakarta.
Mindarni masih terpukul dan sedih hingga saat ini. Apalagi ketika pertanyaan tentang kepergian Siti muncul, rasa pilu itu datang semakin dalam.
Tanggal 7 Mei 2025 menjadi hari yang tak terlupakan bagi Mindarni. Kala itu, dia tengah menikmati kesendiriannya di rumah. Tetapi, kabar duka Siti telah meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalu lintas datang menikam hatinya, seakan tak percaya.
Kecelakaan yang mengakibatkan Siti meninggal itu melibatkan dump truck pasir yang diduga kuat over load di jalan raya Magelang-Purworejo, tepatnya di Desa Kalijambe, Kecamatan Bener, Purworejo.
Sulit dibayangkan bagaimana perasaan Mindarni kala itu. Tangisnya tak lekas reda. Badannya lemas seketika hingga beberapa hari tak bisa beraktivitas. Kerabat dan saudaranya terus berusaha meredam kesedihannya.
Wajar Mindarni merasakan duka yang begitu dalam. Sebab, kepergian Siti telah melipatgandakan kesedihannya. Kabar kematian Siti datang di saat Mindarni masih berselimut duka sejak tiga tahun suaminya, Rodal, meninggal dunia secara tiba-tiba.
Rodal yang saat itu berusia 51 tahun meninggal dunia dalam posisi bersandar di rumpun bambu dekat rumah selepas beraktivitas di ladang.
Setelah kepergian sang suami, Mindarni seperti kehilangan arah. Dia bingung bagaimana caranya menghidupi kedua anaknya. Sementara, dia tak memiliki keterampilan untuk bekerja.
Alhasil, Siti menjadi sandaran hidup Mindarni setelah kepergian Rodal. Kendati demikian, Mindarni tak mau menyerah. Dia bertani di ladang orang untuk menjemput rezeki meski tak seberapa.
”Suami saya waktu itu enggak sakit. Tahu-tahu meninggal bersandar di pohon bambu situ. Yang tahu kali pertama tetangga saya. Ketika Siti meninggal, dunia rasanya berhenti. Saya tidak tahu lagi harus bagaimana melanjutkan hidup. Baru saja suami meninggal, sekarang anak saya yang meninggal,” ucap Mindarni menyusun kenangan pilu.
Tak Tergantikan
Pada hari ketujuh Mei itu, Mindarni bukan satu-satunya orang yang terjerembab dalam duka. Orang tua dari sembilan rekan Siti juga merasakan kepedihan yang sama.
Siti dan sembilan rekannya adalah guru di SD Islam Tahfidz Qur’an As Syafi’iyah Mendut, Mungkid, Kabupaten Magelang yang saat itu menumpangi mobil operasional sekolah untuk takziyah.
Di tengah perjalanan, mobil yang mereka tumpangi tergencet dump truck bermuatan pasir yang melaju tak terkendali.
Sopir kendaraan yang ditumpangi para guru dan sopir dump truck juga meninggal dunia. Hanya tiga rekan Siti yang selamat dari petaka pukul 11.00 WIB itu.
Siswa menunjukkan foto-foto guru yang telah meninggal dunia di sekolah mereka SD Islam Tahfidz Qur’an As Syafi’iyah Mendut, Mungkid, Kabupaten Magelang, Senin (1/9/2025). (Murianews/Istimewa)
“Sampai sekarang saya belum ke kuburan anak saya. Dulu saya tidak ikut mengantarkan jenazah Siti ke kuburan. Saya tak kuasa,” ulas Mindarni lirih berusaha tegar agar air matanya tak meleleh.
Baginya, tidak ada yang bisa menggantikan Siti dalam hidupnya.
”Kalau sudah begini, mau bagaimana? Tidak ada yang bisa menggantikannya. Kalau saya ditawari Candi Borobudur, saya pilih anak saya kembali,” ucapnya.
Masih subur dalam ingatan Mindarni indahnya hari-hari bersama Siti. Beberapa lama sebelum peristiwa nahas itu terjadi, Siti memberi pesan kepada ibunya yang menjadi pesan terakhirnya.
Saat itu, Siti membelikan Mindarni sebuah kacamata baca untuk menggantikan kacamata lama yang telah usang. Kacamata itu untuk memudahkan Siti membaca Al-Qur’an.
Siti meminta ibunya itu lebih rajin membaca Al-Qur’an agar hatinya selalu tenang. Dia memahami ibunya masih bersedih setelah ayahnya meninggal dunia.
Kalimat yang disampaikan sang tahfiz atau penghafal Al-Qur’an itu masih terus bersarang di telinga Mindarni sampai sekarang.
”Saya masih ingat pesan anak saya waktu itu. Kacamata pemberiannya saya simpan untuk kenangan. Siti itu anak yang sangat baik, dewasa, tidak pernah macam-macam. Hidupnya hanya untuk keluarga. Dia membantu biaya sekolah adiknya. Dia juga selalu memikirkan kebutuhan saya. Apa saja dia belikan untuk saya meskipun saya tidak memintanya,” kata Mindarni di sudut keharuan yang mengental di dalam rumahnya di Dusun Ngaglik, Desa Giritengah, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Mindarni memberanikan diri mengenang Siti semasa hidup. Ada beberapa momen yang tidak bisa dia lupakan. Salah satunya ketika Siti menanyakan kepadanya apa yang diinginkannya setelah kepergian bapak.
”Saya ingat terus ketika dia (Siti) tanya kepada saya, apa yang saya mau. Saya jawab, saya mau kamu menuntunku membaca tahlil saat saya sakaratul maut nanti. Dan kalau saya meninggal, saya mau anak-anakku selalu mendoakan saya. Tapi sekarang sudah tidak mungkin. Siti sudah tidak ada,” tukas Mindarni membuat suasana semakin haru.
Berdamai dengan Keadaan
Saat ini Mindarni berusaha keras berdamai dengan keadaan. Sebab, melupakan sang suami dan Siti mustahil terjadi.
Sampai sekarang Mindarni belum bisa tidur lebih awal lantaran ingatan tentang kedua orang tercintanya selalu menggelayuti. Dia hanya bisa tidur beberapa jam setiap hari.
Terlebih, dia berada di rumah sendirian. Anak bungsunya, Ian begitu Ilyas biasa dipanggil, berada di Yogyakarta untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Dia tidak bisa setiap hari pulang.
Sejak kepergian Siti, setiap malam hingga Subuh Mindarni ditemani salah satu saudaranya, Gomyah, 70.
”Saya tidak bisa tidur. Sulit rasanya melupakan semua itu. Saudara saya selalu tidur di sini untuk menemani ngobrol,” ujar Mindarni.
Untuk mengisi hari, Mindarni bertani di ladang merawat tanaman empon-empon, ubi, dan lainnya. Saat ini dia sedang bersiap menanam cabai, komoditas yang menjadi andalan Mindarni dalam menjemput rezeki untuk meneruskan pengorbanan Siti membiayai kuliah Ilyas.
Seperti Selasa itu, selepas berbincang, dia bergegas menyiapkan media tanam di polybag semai benih cabai di teras rumah. Satu per satu polybag semai diberi media tanam berupa tanah dan pupuk kandang.
”Semua saya lakukan sendiri, mulai dari menanam benih tanaman sampai panen. Saya tidak punya pilihan kecuali melalukan ini agar saya punya penghasilan dan bisa melanjutkan hidup. Kalau dibilang lelah itu pasti,” ulas Mindarni sambil duduk bersandar pada dinding rumah batu bata yang belum diplester itu.
Terpisah, Ketua Yayasan As Syafiiyah Magelang, Habib Muhsin Syafingi, turut merasakan kehilangan. Dia tak pernah menyangka 10 guru SD yang dinaungi yayasan yang dipimpinnya kini telah tiada akibat kecelakaan tragis.
Kepergian mereka membawa dampak besar bagi keberlangsungan pembelajaran di SD Islam Tahfidz Qur’an As Syafi’iyah.
Pada kondisi normal, setiap kelas diampu oleh dua guru. Satu guru mengampu tahfiz Qur’an dan satu guru lainnya mengampu pelajaran umum.
Dengan kepergian 10 guru tersebut, kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi kurang optimal. Atas kondisi itu, pihak yayasan berusaha mendapatkan pengganti mereka.
”KBM sempat kami liburkan selama tujuh hari setelah peristiwa itu. Kemudian berjalan lagi sambil merekrut guru baru. Alhamdulilah dalam waktu yang singkat kami bisa mendapatkan guru baru,” terang Habib di sekolah.
Dia berharap, kecelakaan yang melibatkan kendaraan over dimension dan over load (ODOL) seperti yang menimpa Siti dan guru lainnya tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Ia juga berharap ada perubahan tata kelola transportasi darat untuk memberi rasa aman dan nyaman bagi para pengguna jalan.
“Musibah ini kami terima dengan ikhlas. Namun, kami berharap ini adalah peristiwa terakhir. Sekali lagi kami berharap peristiwa ini membawa perbaikan pengaturan keselamatan dan keamanan jalan raya. Kendaraan ODOL itu merusak jalan dan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan,” ujar Habib.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam keterangan tertulis menyampaikan penanganan truk ODOL bukan hanya tugas Kemenhub.
Diperlukan kerja sama lintas instansi, seperti asosiasi pengusaha truk, pengelola jalan tol, kepolisian, dan pemerintah daerah. Dengan strategi kolaboratif, pengawasan, dan penegakan aturan dapat dilakukan lebih efektif.
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi (Istimewa/dephub.go.id)
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi telah menyiapkan beberapa langkah yang akan dilakukan bersama seluruh stakeholders, termasuk Korlantas Polri dan Jasa Marga.
Di antaranya yakni, sosialisasi untuk mengingatkan kembali para stakeholders terkait komitmen zero ODOL, pengumpulan data truk ODOL yang melibatkan Jasa Marga, serta penindakan yang akan dilakukan oleh pihak Kepolisian.
”Tahap sosialisasi terus dilakukan, sudah berlangsung sejak awal Juni. Kami juga akan terus melakukan evaluasi. Sejauh ini, polisi dan Jasa Marga sangat mendukung aksi yang kami lakukan,” ungkap Menhub. (nad)