Rabu, 19 November 2025

Masih subur dalam ingatan Mindarni indahnya hari-hari bersama Siti. Beberapa lama sebelum peristiwa nahas itu terjadi, Siti memberi pesan kepada ibunya yang menjadi pesan terakhirnya.

Saat itu, Siti membelikan Mindarni sebuah kacamata baca untuk menggantikan kacamata lama yang telah usang. Kacamata itu untuk memudahkan Siti membaca Al-Qur’an.

Siti meminta ibunya itu lebih rajin membaca Al-Qur’an agar hatinya selalu tenang. Dia memahami ibunya masih bersedih setelah ayahnya meninggal dunia.

Kalimat yang disampaikan sang tahfiz atau penghafal Al-Qur’an itu masih terus bersarang di telinga Mindarni sampai sekarang.

”Saya masih ingat pesan anak saya waktu itu. Kacamata pemberiannya saya simpan untuk kenangan. Siti itu anak yang sangat baik, dewasa, tidak pernah macam-macam. Hidupnya hanya untuk keluarga. Dia membantu biaya sekolah adiknya. Dia juga selalu memikirkan kebutuhan saya. Apa saja dia belikan untuk saya meskipun saya tidak memintanya,” kata Mindarni di sudut keharuan yang mengental di dalam rumahnya di Dusun Ngaglik, Desa Giritengah, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

Mindarni memberanikan diri mengenang Siti semasa hidup. Ada beberapa momen yang tidak bisa dia lupakan. Salah satunya ketika Siti menanyakan kepadanya apa yang diinginkannya setelah kepergian bapak.

”Saya ingat terus ketika dia (Siti) tanya kepada saya, apa yang saya mau. Saya jawab, saya mau kamu menuntunku membaca tahlil saat saya sakaratul maut nanti. Dan kalau saya meninggal, saya mau anak-anakku selalu mendoakan saya. Tapi sekarang sudah tidak mungkin. Siti sudah tidak ada,” tukas Mindarni membuat suasana semakin haru.

Komentar

Jateng Terkini

Terpopuler